Rabu, 27 Februari 2013

Bandung Raya dan Klub di Dunia Yang Jatuh Bangun

Ada enam wajah baru di antara 20 tim yang akan berkompetisi di ISL. Selain dua tim promosi, yakni PS Barito dan Persita Tangerang, empat wajah baru lainnya adalah Semen Padang FC, Persijap Jepara, Arema
Cronus, dan Pelita Bandung Raya.
Dua klub yang disebut terakhir adalah klub baru hasil merger yang menenggelamkan nama Pelita Jaya dari sejarah persepakbolaan Indonesia.
Investor Pelita Jaya, Yakni Pelita Jaya Cronus sepakat menyatukan kekuatan dengan Arema Indonesia dan melepas saham Pelita Jaya ke tim asal Jabar, Bandung Raya. Kedua tim ini akan berlaga di ISL 2012-13.
Bandung Raya yang sempat bangkrut pada 1997, kini bangkit lagi dengan nama baru Pelita Bandung Raya. Nama ini, tentu nama baru, gabungan dari dua klub bersejarah di era Galatama.
Saat itu Pelita Jaya adalah klub yang disegani karena memiliki materi pemain tiada tandingannya di era 90-an. Pemain kelas dunia seperti Mario Kempes, Roger Milla, Jules Onana, and Maboang Kessack merumput bersama Pelita Jaya.
Namun dengan beralihnya saham Pelita Jaya ke Bandung Raya, maka otomatis nama besar ini pun terkubur diganti dengan nama Pelita Bandung Raya.
Fenomena jatuh bangun yang dialami Bandung Raya, sesungguhnya bisa terjadi di mana saja. Klub-klub besar di dunia pun sempat jatuh bangun dan berganti nama. Vakum bertahun-tahun dan bisa bangkit kembali berpentas di panggung utama lapangan hijau yang penuh sorotan kamera.
Inilah beberapa klub yang pernah tenggelam dalam sejarah lalu muncul kembali,
direvitalisasi oleh para pemilik atau penggemarnya.
1. New York Cosmos
Klub ini didirikan pada 4 Februari 1971 dan bangkrut pada 1985.
Berlaga di Liga Amerika Utara (NASL) hingga liga ini bubar pada 1985.
Hingga 1984, klub ini adalah klub paling kaya dan paling kompetitip.
Bahkan Cosmos disebut sebagai klub paling paling glamor di dunia sepak
bola karena berisi pemain bintang seperti Pele (Brasil), Giorgio Chinaglia (Italia), dan Franz Beckenbauer (Jerman).
Siapa tak kenal Pele, Pria yang membawa Brasil juara dunia tiga kali itu terlalu besar pengaruhnya kepada klub ini. Setelah Pele menyatakan pensiun, Cosmos seketika bangkrut, diikuti NASL sendiri pada 1984 karena tak ada televisi di Amerika yang menyiarkan sepak bola.
Sebelum era Major League Soccer (MLS) tak ada klub yang melebihi ambisi Cosmos di Amerika Utara. Meski telah bangkrut, nama Cosmos tetap harum dan masih membuat orang penasaran untuk membangkitkannya.
Kini setelah hampir tiga dekade, Cosmos dan NASL sendiri telah dibangkitkan kembali dari peristirahatannya. Pada 2010, Cosmos dihidupkan kembali untuk dipersiapkan berlaga di NASL baru yang akan mulai bergulir musim kompetisi 2013 tahun depan. Menurut mereka, tampil di NASL baru hanyalah jalan untuk mengembalikan kejayaan Cosmos di masa lalu. Mereka berambisi bisa tampilMLS sebagai kasta tertinggi sepak bola di Amerika Serikat dan Kanada saat ini. Tak tanggung-tanggung mereka sudah menggaet legenda Manchester United dan Timnas Prancis, untuk menjadi Direktur Teknis yang menyiapkan materi pemain.
2. West Ham United
Klub ini terkenal sebagai klub yang memiliki suporter paling fanatik di dunia. Tapi, sebetulnya tim yang berasal dari London itu sempat terpuruk, berganti nama dan di tahun ini mereka bangkit.
Didirikan pada 1895 sebagain The Thames Ironworks FC, tim ini berganti nama menjadi west Ham pada 1904. Sepanjang sejarahnya, West Ham belum sekalipun mencicipi gelar juara Liga Inggris. Namun klub ini sempat memiliki pemain legendaris seperti Bobby Moore, yang pernah menjadi Kepten Timnas Inggris.
Setelah bertahun-tahun berjuang di Divisi Championship, baru tahun ini West Ham berlaga di kasta tertinggil di Liga Inggris Liga Primer.
3. Leeds City
Masih dari Inggris. Leeds City tercatat sebagai sebuah klub yang pernah mengalami tiga kali jatuh bangun.
Didirikan pada 1904, Leeds kemudian bangkrut pada 1919. Lalu dihidupkan kembali pada 1924, tapi bangkrut pada 1927. Leeds kemudian baru bangkit kembali setelah tidur panjang pada 2005.
Kini klub yang berjuluk The Peacocks itu berlaga di liga regional West Yorkshire League Premier Division.
4. Parma
Profil klub asal Italia ini menyebutkan wahwa mereka pernah terlahir kembali sebanyak dua kali. Didirikan pada 1913 sebagai Verdi Football Club, diambil dari nama penyanyi opera Giuseppe Verdi yang termasyhur asal Parma. Klub berganti nama pada bulan Desember tahun yang sama.
Parma telah memainkan pertandingan kandang mereka di Stadio Ennio Tardini dengan kapasitas 27.906 kursi , sering disebut hanya sebagai Il Tardini, sejak 1923.
Meskipun Parma tidak pernah memenangkan gelar liga domestik dan tidak pernah bersaing untuk trofi besar sampai tahun 1990-an,klub ini memenangkan delapan piala ini antara tahun 1992 dan 2002, periode di mana ia juga dicapai menyelesaikan liga terbaik yang pernah mereka - sebagai runner-up di musim 1996-97 dan mengancam dominasi klub besar Italia: Juventus, Milan dan Internazionale.
Masa kejayaan yang dimulai 1989 itu runtuh pada 2004. Masalah keuangan Parma, membawa pada tahun 2003-an oleh skandal Parmalat yang menyebabkan perusahaan induk runtuh dan mengakibatkan operasi klub dalam administrasi terkendali sampai Januari 2007, harus berjuang untuk mencegah degradasi dan mengembangkan pemain muda, daripada membeli pemain dan bersaing untuk gelar.

Masih tentang Bandung Raya

Sejak ada pemberitaan tentang Pelita Jaya yang diakuisisi Bandung Raya, saya sempat berpikir, apakah benar? Lebih dari itu, apakah Pelita Jaya dan Bandung Raya disatukan ataukah Pelita Jaya dan Bandung Raya itu berdiri sendiri-sendiri.
Berdasarkan sejarah, nama “Pelita” tidak pernah hilang dalam nama-nama klub di Indonesia. Mari kita perhatikan: Pelita Jaya, Pelita Mastrans (pada awalnya ada yang menulis Mastrans Pelita Jaya seperti halnya Mastrans Bandung Raya), Pelita Jakarta, Pelita Bakrie, Pelita Solo, Pelita Krakatau Steel, Pelita Jaya Jawa Barat, dan kembali lagi ke Pelita Jaya. Di dalam rangkaian nama “Pelita” itu berganti-ganti pula homebase-nya, yaitu Jakarta, Solo, Cilegon, Purwakarta, Bandung, dan Karawang. Berdasarkan fakta itu, nama-nama yang dimunculkan (baca: dibaca di media) seperti “Pelita Bandung Raya” bisa dimungkinkan. Jadi, jika disatukan, Bandung Raya adalah Pelita Jaya dan bukan Pelita Jaya adalah Bandung Raya! (Terserah mau memakai nama apa nantinya). [Mungkin pendapat saya ini didukung pula oleh Pelita Jaya/Arema yang ternyata memakai nama “Arema” sehingga Pelita Bandung Raya vs Arema dan bukan Pelita (Bandung Raya) vs Pelita (Arema). Betul, tidak? Namun, itu terserah. Toh saya bukan pemilik klub-klub tersebut he he he.]
Bagaimana jika kedua klub tersebut berdiri sendiri? Ya, saya melihatnya seperti Sihar Sitorus yang memiliki beberapa klub. Selain itu, saya pun melihat dari kepemilikan. Sebutlah nanti Pelita Bandung Raya di LSI 2013 dan Bandung Raya di Divisi II LPIS 2013. Sebagai catatan, dalam Divisi III PSSI (baca: LPIS) 2012, Bandung Raya gagal lolos ke putaran final “3 Besar” setelah disisihkan Persiga Trenggalek yang akhirnya menjadi juara. Bandung Raya sendiri mendapat tiket promosi ke Divisi II PSSI 2013. Jadi, Bandung Raya masih tetap ada, bukan? [Namun, coba jawab deh pertanyaan saya: Bandung Raya dan UNI apa bedanya? Kan awal pendiriannya mereka merupakan nama yang sama?! Ya, hanya di blog ini yang membahas hal aneh seperti itu.]
Oh ya, mengapa saya membahas “Satu Bandung Raya” dan “Dua Bandung Raya” ini? Sebagai blog yang tertarik dengan “pemeliharaan” sejarah nama klub, saya melihatnya seperti itu. Sebagian di antara kita terjadi “kesalahpahaman” sejarah, bukan? Coba perhatikan, sebagian dari kita menganggap bahwa Pelita Krakatau Steel sama dengan Krakatau Steel (biasa ditulisnya PSKS. Kok Bandung Raya tidak ditulis PSBR ya he he he). Padahal kedua nama itu berbeda. Pada saat itu, Pelita Krakatau Steel di Divisi Utama dan Krakatau Steel di Divisi I. Mau yang lebih ruwet lagi (mestinya sih rileks saja ya). Coba selami masa lalu ketika Krakatau Steel mengikuti Galakarya dan Pelita Jaya (Galatama). Nah, dari catatan ini, “kepemilikan”, “penamaan”, dan “sejarah” merupakan sesuatu hal yang bisa jadi berbeda. Jaman memang telah “bergerak”.
Selain pembahasan nama klub, sebetulnya saya ingin menanggapi masyarakat Bandung khususnya yang bernostalgia pertandingan derby: Bandung Raya vs Persib. Dalam sejarah, pertandingan Bandung Raya vs Persib sudah berlangsung sebanyak 8 kali, dua kali di antaranya terjadi di era sebelum Liga Indonesia. Menurut pandangan saya, (Pelita) Bandung Raya sekarang belum tentu sehebat (Mastrans) Bandung Raya dahulu. Boleh jadi Bandung Raya mengalami kalah telak dari Persib seperti ketika turnamen HUT ke-56 Persib (1989). Ya, pada masa itu, Persib di Perserikatan dan Bandung Raya di Galatama bak langit dan bumi.
Namun, jika pertanyaan tersebut dikaitkan dengan Bandung Raya tadi, derby Persib melawan Bandung Raya yang mana? Mana yang sebenar-benarnya derby?
Kecuali jika Bandung Raya merekrut pelatih dan pemain yang benar-benar berkualitas seperti masa Liga Indonesia dahulu. (Itu pun belum jaminan prestasi). Persib juga begitu he he. Namun, siapa? Pada umumnya mereka sudah direkrut klub-klub lainnya. Pemain biasa-biasa saja asal pelatih bisa meraciknya? Boleh juga karena itu pun bukan jaminan untuk gagal. Bagaimana dengan para pemain bintang (yang diputus kontraknyaoleh klub lain) untuk tahun kedua? Bisa jadi. Itu pun jika Bandung Raya tidak mengalami degradasi ke Divisi Utama LI….
Ada juga hal menarik. Kok klub amatir bisa mengakuisisi klub profesional? Selama aturannya belum jelas (?), bagi saya hal itu bisa-bisa saja. Apalagi di Indonesia, tiada yang tidak mungkin. Semua bisa diatur. (Maaf, tentu dalam pandangan positif). Namun, terlepas dari itu, inilah yang beberapa waktu lalu saya ungkapkan sebagai salah satu kerancuan dalam sepak bola Indonesia. Dalam tulisan terdahulu, saya mengungkapkan: “Apakah klub yang degradasi ke Divisi I, status profesionalnya akan otomatis menjadi amatir dan sebaliknya, klub Divisi terbawah statusnya akan berubah secara otomatis dari amatir ke profesional”. Pernyataan itu tampaknya memperoleh perwujudannya dalam kasus Bandung Raya ini. Sejatinya pula, pernyataan itu bukan pernyataan saya, tetapi saya membacanya pula pada tulisan Pak Tendy K. Somantri (Pikiran Rakyat). Ya, saya mengapresiasi saja.

Pelita Bandung Raya Semakin Percaya Diri

Pelita Bandung Raya Semakin Percaya Diri
Pelatih PBR, Simon McMenemy © Huyogo Simbolon

Bola.net - Raihan tiga poin usai mengalahkan Persija Jakarta membuat Pelita Bandung Raya kian percaya diri dalam lanjutan Indonesia Super League 2013.

Pelatih PBR, Simon McMenemy mengaku hasil positif itu telah meningkatkan kepercayaan diri para pemainnya.

"Meski harus menunggu enam pertandingan untuk mendapat kemenangan pertama, namun hasil melawan Persija sangat strategis dan penting untuk meningkatkan percaya diri pemain," kata Simon McMenemmy kepada Antara.

"Tim sudah menunjukan kerja sama yang lebih baik, bisa bermain lebih sabar dan kian menunjukkan olah manajemen permainan yang lebih baik dan tenang saat kondisi kritis," kata Simon.

Namun kemenangan tersebut tak lantas membuat Simon McMenemy terlena. Menurutnya, Eka Ramdani dkk masih perlu membenahi beberapa lini yang ia nilai masih kurang maksimal.

"Koordinasi lini belakang perlu ditingkatkan lagi, konsentrasi perlu dimaksimalkan dan terus berkomunikasi. Mudah-mudahan trend positif berlanjut di tim ini," kata Simon.

Pelita Bandung Raya Beruntung Bisa Menang

Gol gelandang Pelita Bandung Raya, M. Arsyad di menit ke-88 menjadi penentu kemenangan 3-2 PBR atas Persija Jakarta, Selasa (5/2). Asisten Pelatih Persija Jakarta, Sudirman, mengatakan PBR beruntung bisa memenangkan pertandingan tersebut. Persija kembali gagal meraih poin ketika dikalahkan Pelita Bandung Raya 3-2. Gol penentu kemenangan Pelita Bandung Raya dicetak oleh M. Arsyad di menit ke-88.

Asisten Pelatih Persija, Sudirman, mengatakan timnya kurang beruntung dalam pertandingan tersebut sehingga harus kehilangan poin. Sudirman juga mengatakan Pelita Bandung Raya lebih agresif di akhir babak kedua sehingga bisa mencetak gol kemenangan.

"Selamat bagi Pelita BR, mereka lebih beruntung. Agresivitas di akhir babak kedua membuat mereka menuai hasil kemenangan. Kami kecewa karena meraih hasil kurang memuaskan di dua partai tandang," kata Sudirman dilansir dari situs resmi Liga Indonesia.

Kekalahan ini membuat Persija harus berada di posisi ke-14 klasemen ISL sementara dengan empat poin. Sedangkan PBR naik ke posisi 10 dengan raihan enam poin.

Rekor Nike Ardilla

  1. 17 Tahun kematiannya masih diperingati dan belum ada artis yang meninggal di Indonesia mempunyai pencapaian seperti ini.[12][13]
  2. Setiap Hari Kelahirannya selalu diperingati sama seperti peringatan Hari Kartini.[14][15]
  3. Nike Ardilla merupakan tokoh satu-satunya Lintas profesi yang setelah hampir puluhan tahun meninggalnya menjadi Cover tabloid dan atau Majalah berkali-kali, di Indonesia. Terakhir menjadi Cover Tabloid Genie 2 kali berturut-turut di Genie Edisi 36 & 38 Tahun VI bulan Maret 2010.[16][17]
  4. Artis penyanyi termuda di usia 14 tahun 3 bulan 4 hari dengan penjualan 1 album mencapai 2 juta units, Bintang Kehidupan 1990.[18]
  5. Tokoh Selebrtiti satu satunya yang masih menjadi headline berita di semua media massa.[19][20][21]
  6. Kematian Nike Ardilla adalah berita paling heboh dan paling menggemparkan dalam sejarah pertelevisian Indonesia, berita kematianya di tayangkan selama 3 bulan berturut-turut, bahkan berita kematian Putri Diana pada tahun 1997 di Indonesia-pun tak dapat menyainginya.
  7. Dikutip dari buku "100 Perempuan Paling Berpengaruh Di Indonesia, Nike Ardilla menduduki peringkat 4 dari 100 perempuan tersebut. Dia berpengaruh karena: kegiatan amal yang ia lakukan di seluruh penjuru Indonesia, nyaris semua remaja perempuan meniru dia, mulai dari gaya rambut hingga cara berpakaiannya. Nike Ardilla adalah icon dari aliran musik slow rock, buktinya setelah kematian Nike Ardilla pada tahun 1995 akibat kecelakaan musik slow rock tak lagi berjaya.
  8. Nike Ardilla secara anumerta, bersama delapan tokoh musik lainnya mendapatkan penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia dari PAPPRI, kesembilan tokoh musik tersebut adalah sebagai berikut :
    1. Gombloh
    2. Nike Ardilla
    3. Titiek Puspa
    4. Anggun
    5. Iwan Fals
    6. Ebiet G Ade
    7. Titiek Sandhora
    8. Deddy Dores
    9. Broery Marantika

Album dan singles

Album yang telah beredar

Album kompilasi

Singles soundtrack

  • Ost Nuansa Gadis Suci 1992
  • Ost Nakalnya Anak Muda 1992
  • Ost Aksara Bisu 1992
  • Ost Lupus 1992
  • Ost Deru Debu 1994

Filmografi

Sinetron

Penghargaan Nike ardila

  • Penghargaan nternasional [10]
  1. GOLD Prize Asian Song Festival 1991,
  2. Best Indonesian Selling Album in Malaysia Anugerah Musik 1994, Duri Terlindung Album
  3. 2nd Runner Up Best Performer – ABU Golden Kite World Song Festival Kuala Lumpur Malaysia 1994
  4. Nike Ardilla Stamp had been released in Russia (Abkasia and Tauva Region), 1996.
  5. Golden Prize Malaysia Music Awards for 10 Tahun Koleksi terunggul Album, 2005.
  • Penghargaan nasional
  1. 1st Champion "Lagu Pilihanku", TVRI Jakarta, 1980.
  2. 1st Champion Pop Singing HAPMI, 1985 Bandung.
  3. 3rd winner "TERUNA Festival Indonesia", 1986.
  4. 1st Champion " 3 Genre Singing Festival West Java", 1987.
  5. Multi-platinum Awards for Seberkas Sinar Album, 1989.
  6. Best Selling Album, BASF Awards 1990, For Bintang Kehidupan Album.
  7. The Best Performer – Indonesian Popular Song Festival 1990.
  8. Best Selling Album, BASF Awards 1991, For Nyalakan Api Album.
  9. Multi-platinum Awards for Matahariku Album, 1992.
  10. Best Selling Album, BASF Awards, for Biarlah Aku Mengalah Album, 1993.
  11. Multi-platinum Awards for The Best Of (Tinggalah Aku Sendiri) Album, 1993.
  12. Best Selling Album, HDX Awards, for Biarkan Cintamu Berlalu Album, 1994.
  13. Best Selling Album, HDX Awards, for Sandiwara Cinta Album, 1995.
  14. Biggest Omzet Album, HDX Awards, for Sandiwara Cinta Album, 1995.
  15. Best Selling Album, HDX Awards, for Suara Hatiku Album, 1996.
  16. Music Mingguan Awards ANTeve, Best Selling Album for Suara Hatiku Album, 1996.
  17. Best Selling Album, HDX Awards, for The Best (Deru Debu) Album, 1996.
  18. Triple Platinum Album, BASF Awards, for Mama Aku Ingin Pulang Album, 1996.
  19. Multi-platinum Awards for The Best of Panggung Sandiwara Album, 1997.
  20. Multi-platinum Awards for The Best of Cinta Di antara Kita Album, 1997.
  21. Multi-platinum Awards for The Best of Ingin Ku Lupakan Album, 1998.
  22. Multi-platinum Awards for The Best of Belenggu Cinta Album,1999.
  23. Multi-Platinum Awards for The Best of Volume II Album, 2000.
  24. Multi-Platinum Awards for The Best Beat Album, 2002.
  25. Multi-platinum Awards for Best of The Best Album,2004.
  26. Multi-platinum Awards for Golden Memories Album, 2005.
  27. Multi-platinum Awards for 11 tahun Nike Ardilla Album, 2006.
  28. Multi-platinum Awards for Lagu Pilihan Fans Album, 2007.
  29. Multi-platinum Awards for The Best Of Tinggalah Ku Sendiri CDAlbum, 2008.
  30. Multi-platinum Awards for Number One RBT Album, 2009.
  31. Triple Platinum Awards for Koleksi Lengkap Album, 2010. In 2 days album sold 500.000 copies.
  • Video Music Awards
  1. Video Musik Indonesia, Video Favorite of The Month Tinggallah Aku Sendiri, 1993.
  2. Video Musik Indonesia, Video Favorite of The Month Biarkan Cintamu Berlalu, 1994.
  3. Video Musik Indonesia, Video Favorite of The Year, Director Ria Irawan, BIarkan Cintamu Berlalu, 1994.
  4. Best Female Video, MTV Viewer Choice Indonesia, 1997.
  • Television Awards
  1. Dunia Bintang SCTV Awards 1995, Favorite Viewer Artis.
  2. Dunia Bintang SCTV Awards 1995, Favorite Journalist Artis.
  3. Silet Infotainment Highest 2nd Rating " Nike Ardilla Episode", 2003
  4. SCTV Programme Eko Patrio Show, BEST Legend, mengalahkan Titiek Puspa and Benyamin S, Viewers Choice, 2005
  • Modeling, Magazine, Tabloid, and Newspaper
  1. Cover SAHABAT PENA Magazine, 1986.
  2. 3rd Winner LA Clerk Model Contest, 1989.
  3. GADIS SAMPUL Favorit, 1990.
  4. Best Performer on TV – from Monitor Magazine 1990
  5. Best actress, readers choice Tabloid Citra 30th TVRI Anniv.1992. (LTB)
  6. Most Wanted Actress, readers choice Tabloid Nyata (Jawa Pos), 1993.
  7. Most Popular Artis, Popular Magazine, 1994.
  8. URTV Magazine favorite Cover, 1994.
  9. Indonesian Most Dedicated and Creative Singer – 1994
  10. Indonesian Best Female Singer – from CITRA Magazine 1995
  11. Nike Ardilla Stamp and Post Card edition, Tribute, from PT.POS Indonesia,1996.
  12. Best Selling Cover Tabloid Nova for Nike Ardilla Cover Headline, sold 850.000 eksemplar, 2007.
  13. Musisi Paling Fenomenal Versi Tabloid Bintang Indonesia, 2008.[11]

Pengaruh

Tak lama setelah kematianya nama Nike Ardilla justru menjulang. Publik masih terus membicarakan Nike Ardilla. Majalah Asia Week menafsirkan Nike dalam sebuah kalimat satir "In Dead She Soared" atau "Dalam Kematian Dia Bersinar". Setiap tahunnya ribuan penggemar yang tergabung dalam Nike Ardilla Fansclub melakukan ritual khusus pada tanggal 19 Maret dan 27 Desember yaitu berziarah ke makam dan mengadakan acara mengenang Nike seperti memutarkan film-film Nike dan menyanyikan lagu-lagu Nike di Bandung, tempat kelahiran dan tempat berpulangnya Nike. Sebuah museum juga didirikan di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung. Semua barang-barang Nike tersimpan disana, seperti pakaian yang dikenakannya saat kejadian dan replika kamar Nike Ardilla. Selain itu, hampir semua album rekaman lagu-lagu Nike berhasil memperoleh penghargaan, terutama dari segi penjualan. Dalam rentang waktu yang relatif pendek, dia berhasil mengembangkan demikian jauh popularitas dan fanatisme penggemarnya bahkan melampaui apa yang diperoleh penyanyi terkenal yang sudah berkiprah puluhan tahun di dunianya.
Di Sulawesi Barat terdapat sebuah rumah makan dengan nama Rumah Makan Nike Ardila yang berlokasi di Wonomulyo, Polewali Mandar. Setiap harinya, rumah makan tersebut memutarkan lagu-lagu Nike